0
Posted by Unknown
on
16.52
10 anak berprestasi Indonesia
Kita
pasti bangga jika mempunyai anak-anak berbakat, kreatif dan mengharumkan nama
Indonesia di mancanegara. Anak muda indonesia adalah generasi penerus bangsa ini
di masa mendatang. Usia muda bukanlah penghalang bagi mereka untuk menunjukan
pada dunia kemampuan , berikut
ini 10 anak berprestasi :
Hibar
Syahrul Gafur
Hibar Syahrul Gafur (14) siswa kelas VIII
SMPN 1 Kota Bogor ini sukses meraih medali emas dalam kompetisi International
Exhibition of Young Investor (IEYI) yang dilaksanakan di Malaysia dengan karya
ciptaannya sepatu listrik anti pelecehan seksual.
Jika
dilihat, sepatu ini tidak berbeda dengan sepatu wanita tipe wedges. Di dalam
hak tebal sepatu, ada rangkaian listrik yang dirancang khusus. Jika wanita
merasa dalam bahaya, dia tinggal menginjak tombol yang ada di bagian belakang
sepatu.
"Listrik ini bertenaga 450 watt.
Tinggal tendang ke arah si pelaku kekerasan seksual, secara otomatis tegangan
listrik akan menyerang pelaku" jelas Hibar.
Agasha Kareef Ratam
Agasha Kareef Ratam, usianya masih
sangat muda baru 15 tahun dan merupakan alumnus dari SD Al-izhar Pondok Labu
(Jakarta Selatan). Cucu dari mantan presiden BJ Habbie ini lahir di Boston 21
November 1997. Tapi, di kancah internasional Olimpiade Matematika prestasinya
jangan diragukan lagi. Di kompetisi tingkat dunia ini dia sudah berkali-kali
mengharumkan nama Indonesia. Bersama tiga orang temannya, Rezky Arizaputra
(siswa SD Al Azhar 13 Rawamangun, Jakarta Timur) Nicolas Steven Husada (siswa
SD Universal Jakarta Utara) dan Stanley Orlando (siswa SD Santa Ursula Jakarta)
telah mengikuti Po Leung Kuk 13thPrimary Mathematics World Contest (PMWC) di Hongkong pada Juli 2010.
Agasha berhasil merengkuh medali emas (Kategori tim) dan perak (kategori
individual).
Hania
dan Fahma
ini berhasil menjuarai APICTA (Asia Pacific ICT Alliance Awards) 2010
pada kategori Secondary Student Project melalui karya siswa SD Cendikia Bandung
/ SMP Salman AL-Farisi Bandung, Fahma Waluya Rosmansyah (12 tahun) dan adiknya,
Hania Pracika Rosmansyah (6 tahun).
Karya mereka merupakan kumpulan program
game edukasi sederhana yang dibuat menggunakan Adobe Flash Lite untuk ponsel
Nokia E71 dengan judul “My Mom’s Mobile Phone As My Sister’s Tutor” (Ponsel
Ibuku Untuk Belajar Adikku), Fahma Waluya & Hania Pracika berhasil mendapat
apresiasi tinggi dari tim juri APICTA Internasional 2010 dan memperoleh skor
tertinggi sekaligus memboyong piala Juara (Winner) APICTA 2010 pada kategori
Secondary Student Project, disusul secara ketat dengan selisih skor tipis oleh empat
pemenang Merit Award (Runner-Up) pada kategori yang sama, yaitu SpringGrass
karya Chung Hwa Middle School BSB – Brunei, Auto Temperature Descension Device
by Solar Power karya Foon Yew High School (Kulai) – Malaysia, SimuLab karya
Pamodh Chanuka Yasawardene – Srilangka, Destine Strategy karya Rayongwittayakom
School – Thailand
Fahma Waluya (12 tahun) dan
adiknya Hania Pracika (6 tahun) mencetak rekor baru untuk peserta termuda yang
berhasil meraih Juara (Winner) APICTA selama 10 tahun penyelenggaraan kompetisi
APICTA Awards Internasional yang diadakan sejak tahun 2001. Selama ini untuk
kategori Secondary Student Project yang diikuti siswa-siswa elementary, middle
dan high school, pemenangnya berasal dari siswa-siswa yang lebih senior (middle
atau high school).
APICTA (Asia Pacific ICT
Alliance Awards) adalah ajang kompetisi internasional yang diselenggarakan
secara berkala (tahunan) yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran ICT
(Information and Communication Technology) dalam masyarakat dan membantu menjembatani
kesenjangan digital.
Melody
Grace Natalie dan Mariska Grace
Mereka adalah anak
bangsa yang mengikuti dalam ajang International Conference of Young Scientists
(ICYS) 2013 yang diselenggarakan pada 15-22 April 2013 di Sanur, Denpasar,
Bali. Pada ajang bergengsi untuk ilmuwan muda tersebut, Indonesia berhasil
meraih lima medali yang terdiri dari dua medali emas, satu perak dan dua
perunggu, serta tiga Special
Awards.
Melody Grace
Natalie (Stella Duce I Yogyakarta) berhasil meraih medali emas dalam kategori
Life Science dengan penelitiannya yang berjudul Potential of Squid Eye Lenses
as UV Absorber. Karya ilmiah yang diusungnya ini mengenai pemanfaatan mata
cumi-cumi untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet.
Sedangkan,
Mariska Grace (SMAK Cita Hati) yang sama-sama meraih medali emas berhasil
menjadi pemenang dalam kategori Environmental Science melalui penelitiannya
yang berjudul A Novel Approach in Using Peanut Shella to Eliminate Copper
Content in Water, dengan memanfaatkan kulit kacang untuk mengurangi kadar ion
tembaga di dalam air.
“Saya membuat sun
block yang bisa dibuat
simpel oleh nelayan, sehingga nelayan bisa terhindar dari kanker kulit,” ujar
Melody Grace saat menjelaskan hasil penelitiannya.
Srihanik
Dilahirkan dengan keterbatasan kemampuan mendengar serta berbicara,
tidak membuat Srihanik (17) berputus asa dalam menggapai prestasi. Karena
kegigihannya itu, remaja asal Dusun Becek, Desa Kalirong, Kecamatan Tarokan,
Kabupaten Kediri, Jawa Timur, menjuarai lomba Desain Grafis Sekolah Luar Biasa
tingkat Provinsi Jawa Timur.
Dalam perlombaan Pendidikan Keterampilan yang
digelar di Surabaya, 23-25 Juli 2011 lalu itu, siswi yang duduk dikelas VIII
SLB Dharma Wanita, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri tersebut menyisihkan 19
peserta utusan daerah lain se-Jawa Timur.
Ia berhasil menggondol juara
pertama dengan mengusung pembuatan poster serta pembuatan website beserta
desainnya. Dalam website yang mengantarkannya sebagai pemenang itu, ia
mengambil tema Bahaya Narkoba.
“Hingga pemenang diumumkan,
saya tidak menyadarinya. Sampai saya diberitahu untuk maju ke panggung. Saat
menerima piala itu, saya baru menangis haru,” ujar Srihanik sebagaimana
diartikan oleh Nanda, guru pembimbing desain, Rabu (27/7/2011).
Sementara itu, Nanda
menuturkan, sebelum berlomba di tingkat provinsi, Srihanik mengikuti seleksi
antar SLB tingkat Kabupaten Kediri yang digelar di Kecamatan Gurah pada 18 Juli
lalu. Saat itu, lanjut Nanda, putri pasangan Tukiman dan Sulastri, sama sekali
belum mengenal komputer, apalagi desain grafis.
“Namun karena kecerdasannya,
dalam waktu dua hari saja belajar, dia sudah mampu menyerap materi dengan
baik,” bangga Nanda.
Dengan prestasi gemilangnya
itu, Nanda menambahkan, Srihanik otomatis berhak mewakili Jawa Timur dalam
lomba serupa tingkat Nasional yang akan digelar sekitar September nanti. “Saat
ini kami bersiap untuk event nasional itu,” pungkas Nanda.
Sebelumnya, Srihanik sempat
dilarang bersekolah oleh keluarganya. Sebab, selain kondisinya yang mengalami
tuna rungu tuna wicara itu, keluarganya juga hidup dalam keterbatasan ekonomi.
Bapaknya, Tukiman, hanya berprofesi sebagai pedagang kerupuk sambal di Pasar
Tradisional Pesantren, Kota Kediri.
Sumber:
http://edukasi.kompas.com
Ayu Lestari, Nurina Zahra, dan Elizabeth Widya
Tiga sahabat asal SMAN 6 Yogyakarta
menemukan alat penyaring sampah yang bisa dipasang di saluran air dan sungai.
Temuan Ayu Lestari, Nurina Zahra, dan Elizabeth Widya ini meraih medali emas
dalam ajang penemu muda internasional.
Alat yang dimaksud adalah prototipe berukuran 50 x 30
cm berwarna perak. Di sisi mulut alat yang diberi nama Thundershot ini terdapat
baling-baling vertikal yang mampu menarik arus. Di sisi pangkalnya terdapat sabuk
berputar yang dipasang plat menyerupai sekop.
“Alat ini menarik sampah, mengangkatnya, lalu
terkumpul di bak penampung yang ada di bagian paling belakangnya,” ujar Nurina.
Safita
Dwi Tyasputri
pelajar Sampoerna Academy Campus meraih penghargaan dalam ajang penemu muda
internasional. Safira menemukan canting batik otomatis.
Awal membatik Safira menemui kendala karena malam yang
dituangkan oleh cantingnya cepat membeku. Alhasil ia mendapatkan inspirasi
membuat canting batik otomatis yang mampu menjaga suhu malam di canting.
Lalu, dia menambahkan pemanas agar malam bisa tetap
cair. Variabel resistor juga dimasukkan untuk mengatur suhu. Termometer untuk
mengecek suhu juga dipasang.
Safira meyakini temuannya mampu menghemat energi
pembakaran malam pada kerajinan batik. Ia pun menuai respons positif dalam
ajang penemu muda.
Devika
Asmi Pandanwangi
Bra penampung ASI karya Devika Asmi
Pandanwangi mengharumkan nama Indonesia di ajang penemu muda internasional di
Malaysia. Banyak ibu-ibu yang hadir dalam pameran tertarik dengan karyanya.
Bra yang dibuat Devika berwarna hitam berukuran
sekitar 36B. Bra tersebut dimodifikasi dengan 2 cup silikon yang memiliki
lubang di ujungnya dan terhubung dengan selang. Selang tersebut mengarah pada
kantung alumunium foil di bagian perut.
Kantung itu sengaja disimpan di perut agar ASI
memiliki suhu yang sama dengan suhu tubuh, sehingga tetap higienis. Silikon
dipilih Devika karena kenyamanannya dan tidak menimbulkan iritasi di kulit.
Devika memenangkan medali perak atas temuannya dan
juga menyabet Special Award dalam kategori Technology for Special Needs. Ia
berencana akan terus mengembangkan temuannya untuk membantu ibu-ibu menyusui.
Wisnu
Wisnu,
pelajar SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa Tengah, mampu mencuri perhatian dunia
internasional sebagai penemu muda. Temuannya adalah detektor telur busuk yang
dilengkapi sensor.
Wisnu membuat senter yang dilengkapi sensor cahaya dan
kalibrator. Bila cahaya tembus, maka akan menyala lampu hijau. Bila gelap,
lampu akan menyala merah dan berbunyi.
Antusias para pengunjung cukup tinggi atas temuan
Wisnu ini. Temuannya juga sampai mendapatkan perhatian dari para penggiat
industri yang hendak membeli hak ciptanya.
“Ada yang minta kontak saya, menanyakan alat saya
dijual berapa ringgit. Ada juga yang mengatakan kalau bisa alat ini dibuat
otomatis,” ujar Wisnu.
Ia pun berencana mengembangkan alat serupa yang telah
menggunakan karet roda, sehingga telur-telur tersebut secara otomatis berjalan
ke arah sensor dan dipisahkan oleh lengan mekanik, antara yang busuk dan yang
tidak.
Wisnu adalah peserta penemu muda terbaik di antara 64
prototipe dari 13 negara yang ikut dalam ajang ini. Ia mendapatkan medali emas
dan piala The Best Innovation, sebagai penghargaan tertinggi di acara tersebut.
Irfan Haris
Prestasi Irfan Haris, pelajar asal SMAN 1 Pringsewu yang meraih medali
emas pada pada Olimpiade Biologi Internasional, membanggakan Lampung. Di tengah
kondisi Sai Bumi Ruwa Jurai (istilah lain untuk provinsi Lampung) yang tengah hangat
dengan situasi politik di mana
pemilihan pilkada menjadi sentral perhatian masyarakat setempat, Irfan,
memberikan suasana baru yang membuat
para pelaku politik dan masyarakat setempat , sejenak menolehkan kepala pada hasil spektakuler yang dicapai siswa jenius ini.
Posting Komentar